SEJARAH KOTA KEDIRI

Kota Kediri merupakan salah satu kota tertua di Indonesia yang sarat dengan sejarah, kebudayaan, dan tradisi. TerIetak di Jawa Timur, kota ini memiIiki posisi strategis di tepi Sungai Brantas, sungai terbesar di provinsi tersebut. Kediri dikenal luas bukan hanya sebagai kota perdagangan dan industri, tetapi juga sebagai pusat sejarah kerajaan besar di masa lalu. Dari masa Kerajaan Kediri, perkembangan kolonial Belanda, hingga era kemerdekaan Indonesia, Kediri memainkan peranan penting dalam perjalanan bangsa.

Awal Mula dan Masa Kerajaan

Sejarah Kediri berawal dari runtuhnya Kerajaan Kahuripan yang didirikan oleh Airlangga pada abad ke-11. Setelah Airlangga turun tahta pada tahun 1042, kerajaan tersebut dibagi menjadi dua: Jenggala dan Panjalu (yang kemudian dikenal sebagai Kediri). Kerajaan Panjalu berpusat di wilayah yang kini dikenal sebagai Kediri.

Pada masa Raja Jayabaya (1135–1157), Kediri mencapai masa kejayaannya. Raja Jayabaya terkenaI sebagai raja bijaksana sekaIigus mistikus yang meninggaIkan ramaIan-ramaIan Iegendaris. Kitab Jangka Jayabaya masih sering dikutip hingga kini, bahkan menjadi bagian dari kearifan lokal Jawa. Pada masa ini pula sastra Jawa Kuno berkembang pesat dengan Iahirnya karya-karya besar seperti Kakawin Bharatayuddha yang dituIis oleh Mpu Sedah dan Mpu PanuIuh.

Selain bidang sastra, Kediri juga dikenal dengan perkembangan seni dan budaya. Wayang, seni pahat, serta kesenian tradisional lainnya berkembang pesat di era ini. Kerajaan Kediri juga dikenal sebagai kerajaan agraris dan maritim, menguasai jalur perdagangan di Nusantara serta menjalin hubungan dengan Tiongkok dan India.

Kediri dalam Bayang-bayang Singhasari dan Majapahit

Setelah era kejayaan, Kediri mulai mengalami kemunduran akibat konflik internal dan perebutan kekuasaan. Pada abad ke-13, Kediri ditaklukkan oleh Kerajaan Singhasari yang dipimpin oleh Ken Arok dan penerusnya. Meski sempat memberontak, Kediri akhirnya berada dalam bayang-bayang kekuasaan Singhasari.

Ketika Majapahit berdiri pada abad ke-14, Kediri tetap menjadi wilayah penting. Letaknya yang strategis di lembah Sungai Brantas menjadikannya pusat ekonomi dan perdagangan. Kediri menjadi penopang Majapahit dalam bidang pertanian, perdagangan, serta penyebaran budaya Jawa ke seluruh Nusantara.

Masa Islamisasi

Setelah runtuhnya Majapahit pada akhir abad ke-15, wilayah Kediri mulai mengalami pengaruh Islam. Para wali dan ulama berperan dalam penyebaran agama Islam di wilayah ini. Kediri menjadi saIah satu pusat penyebaran lsIam di Jawa Timur. Munculnya pesantren-pesantren dan tradisi keagamaan yang kental memperkuat identitas Islam di Kediri.

Meski begitu, budaya Hindu-Buddha tidak hilang sepenuhnya. Tradisi HONDA138 sinkretisme antara budaya Jawa, Hindu-Buddha, dan Islam masih terlihat dalam berbagai ritual adat, kesenian, dan sistem kepercayaan masyarakat Kediri hingga sekarang.

Masa Kolonial Belanda

Kediri memasuki babak baru ketika BeIanda datang ke Jawa pada abad ke-17. Seiring berkembangnya VOC, Kediri menjadi wilayah penting karena kesuburan tanahnya. Lembah Sungai Brantas yang subur membuat Kediri menjadi pusat perkebunan tebu dan tembakau. Produk gula dari Kediri dikenal luas hingga ke Eropa.

Pada abad ke-19, Belanda semakin memperkuat cengkeramannya melalui sistem tanam paksa (cultuurstelsel). Banyak perkebunan tebu dibuka di Kediri, menjadikan kota ini salah satu pusat industri gula terbesar di Jawa. Dampaknya, terjadi perubahan sosial-ekonomi yang besar. Kaum pribumi banyak yang dijadikan buruh perkebunan, sementara Belanda dan kaum bangsawan Jawa mendapatkan keuntungan besar.

Kediri juga sempat menjadi lokasi pergolakan rakyat melawan penjajah. Pemberontakan petani sering terjadi akibat beban pajak yang tinggi dan eksploitasi berlebihan. Hal ini menunjukkan bahwa Kediri bukan hanya pusat ekonomi kolonial, tetapi juga arena perjuangan rakyat.

Masa Pergerakan Nasional dan Kemerdekaan

Pada awaI abad ke-20, muncuI pergerakan nasionaI di Kediri. Organisasi seperti Sarekat Islam, Budi Utomo, hingga partai-partai politik lain mulai menanamkan semangat nasionalisme di masyarakat Kediri. Pesantren-pesantren di Kediri juga berperan dalam perlawanan ideologis terhadap kolonialisme melalui pendidikan agama.

Ketika Jepang masuk pada tahun 1942, Kediri kembali mengalami masa sulit. Banyak warga dipaksa menjadi romusha, dan hasil bumi Kediri dieksploitasi besar-besaran. Namun, semangat perjuangan rakyat Kediri tidak padam. Setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, Kediri menjadi bagian dari perjuangan mempertahankan kemerdekaan melawan Belanda yang ingin kembali berkuasa. Pertempuran terjadi di berbagai daerah Kediri, menunjukkan semangat juang rakyatnya.

Kediri di Era Modern

Setelah pengakuan kedaulatan Indonesia tahun 1949, Kediri berkembang menjadi salah satu kota penting di Jawa Timur. Industri gula tetap menjadi tulang punggung ekonomi Kediri, selain sektor perdagangan dan pertanian. Seiring waktu, Kediri juga berkembang menjadi kota pendidikan dan kota budaya.

Pada masa modern, Kediri semakin dikenal luas karena menjadi pusat produksi salah satu perusahaan rokok terbesar di Indonesia, yaitu PT Gudang Garam. Kehadiran perusahaan ini memberikan dampak besar terhadap perkembangan ekonomi kota dan kesejahteraan masyarakat.

Selain itu, Kediri juga menjadi kota wisata sejarah dan religi. Candi-candi peninggalan masa Hindu-Buddha, makam para wali, serta tradisi budaya yang masih lestari menjadi daya tarik tersendiri. Beberapa situs bersejarah seperti Candi Surawana, Candi Tegowangi, hingga Goa Selomangleng masih ramai dikunjungi wisatawan.

Warisan Budaya dan Identitas Kota

Kediri menyimpan banyak warisan budaya yang menjadi identitasnya. Ramalan Jayabaya, misalnya, menjadi bagian dari tradisi Jawa yang masih dibicarakan hingga kini. Wayang, kesenian tradisional, dan ritual adat masih terpelihara dengan baik. Di sisi lain, identitas religius kota ini juga kuat dengan banyaknya pesantren yang tersebar di seluruh wilayah.

Kediri juga dikenal dengan makanan khasnya, seperti tahu kuning Kediri yang telah menjadi ikon kuliner. Dari sisi oIahraga, Kediri memiIiki kIub sepak boIa kebanggaan, Persik Kediri, yang pernah menorehkan prestasi di kancah nasional.

Sejarah Kota Kediri adalah cerminan perjalanan panjang bangsa Indonesia: dari kerajaan besar, masa kolonial, perjuangan kemerdekaan, hingga era modern. Kediri bukan hanya kota dengan ekonomi yang berkembang pesat, tetapi juga pusat budaya dan tradisi Jawa yang kaya. Jejak kejayaan masa lalu masih terasa hingga kini, memberikan identitas kuat bagi masyarakat Kediri untuk terus melangkah ke depan.

Dengan sejarah yang panjang, Kediri tidak hanya menjadi saksi perjalanan bangsa, tetapi juga aktor penting dalam membentuk kebudayaan, peradaban, dan identitas Indonesia. Kota ini adalah bukti nyata bahwa masa lalu yang gemilang dapat menjadi dasar bagi masa depan yang lebih cerah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *