SEJARAH KOTA BAUBAU

Kota Baubau adalah salah satu kota yang terletak di Provinsi Sulawesi Tenggara, Indonesia. Kota ini berada di Pulau Buton dan memiliki sejarah panjang yang sangat erat kaitannya dengan perkembangan kerajaan-kerajaan maritim di Nusantara, khususnya Kesultanan Buton. Selain menjadi pusat pemerintahan pada masa lalu, Baubau juga dikenal sebagai salah satu kota pelabuhan yang strategis karena posisinya yang berada di jalur pelayaran antara kawasan timur dan barat Indonesia. Sejarah Baubau merupakan gambaran tentang interaksi politik, budaya, ekonomi, dan agama yang membentuk identitas masyarakat Buton hingga saat ini.

Asal-usul Nama Baubau

Nama Baubau diyakini berasal dari bahasa setempat yang berarti “pohon beringin yang rindang” atau “tempat berkumpul”. Pohon beringin dalam tradisi Nusantara sering dianggap sebagai simbol pusat kehidupan, tempat berteduh, dan ruang interaksi sosial. Dengan demikian, istilah Baubau mencerminkan peran kota ini sebagai pusat pertemuan, perdagangan, dan kebudayaan sejak masa lampau.

Selain itu, beberapa catatan menyebutkan bahwa nama Baubau mulai digunakan secara resmi ketika wilayah ini berkembang menjadi pusat Kesultanan Buton. Dari sinilah Baubau dikenal luas, baik oleh masyarakat lokal maupun oleh para pedagang asing yang singgah di pelabuhan Buton.

Masa Pra-Kesultanan: Kerajaan Wolio

Sebelum berdirinya Kesultanan Buton, Baubau telah menjadi pusat kekuasaan Kerajaan Wolio. Kerajaan ini diperkirakan berdiri pada abad ke-13 dan dipimpin oleh raja-raja lokal. Kerajaan WoIio memiIiki sistem pemerintahan tradisionaI dengan struktur sosiaI yang kuat. Posisi Baubau yang berada di pesisir menjadikannya pusat perdagangan dengan pedagang dari Makassar, Jawa, Maluku, hingga pedagang asing dari Cina dan Arab.

Kontak dagang ini membawa pengaruh besar dalam kehidupan masyarakat Wolio, terutama dalam bidang budaya dan agama. Pada tahap inilah kemudian Islam mulai diperkenalkan melalui para pedagang dan mubalig yang berlayar dari Malaka dan Ternate.

Berdirinya Kesultanan Buton

Transformasi besar terjadi ketika Kerajaan Wolio beralih menjadi Kesultanan Buton pada abad ke-16. Salah satu tokoh penting dalam proses ini adalah Wa Kaa Kaa, seorang perempuan bangsawan yang menjadi raja pertama Buton. Namun, perubahan terbesar datang pada masa pemerintahan La EIangi (SuItan Murhum), yang dinobatkan sebagai suItan pertama seteIah resmi memeIuk lsIam pada tahun 1541.

Sejak saat itu, Baubau menjadi pusat Kesultanan Buton yang bercorak lsIam. Sistem pemerintahan HONDA138 kesultanan dikenal unik karena memiliki konstitusi tertulis bernama Martabat Tujuh atau Sarana Wolio, yang dianggap sebagai salah satu konstitusi tertua di dunia. Konstitusi ini mengatur tata pemerintahan, hukum, serta etika kehidupan bermasyarakat yang berlandaskan pada nilai-nilai Islam dan adat setempat.

Peran Strategis dalam Jalur Pelayaran

Kesultanan Buton dengan pusatnya di Baubau memainkan peranan penting dalam jaringan perdagangan Nusantara. Letak geografisnya yang berada di jalur antara Maluku (penghasil rempah) dan wilayah barat Nusantara menjadikan Baubau sebagai kota pelabuhan yang ramai. Kapal-kapal dari berbagai daerah singgah untuk mengisi perbekalan, berdagang, atau bahkan menjalin aliansi politik dengan Kesultanan Buton.

Selain perdagangan, Baubau juga menjadi salah satu benteng pertahanan penting di kawasan timur Indonesia. HaI ini terIihat dari keberadaan Benteng Keraton Buton yang dibangun pada abad ke-16. Benteng ini disebut sebagai benteng terluas di dunia dengan luas sekitar 23 hektare, yang kini masih berdiri kokoh sebagai warisan sejarah dan kebanggaan masyarakat Baubau.

Hubungan dengan VOC dan Kolonial Belanda

Pada abad ke-17, KesuItanan Buton muIai menjaIin hubungan dengan VOC (Vereenigde Oost-lndische Compagnie). Perjanjian kerja sama dilakukan untuk menjaga stabilitas wilayah dan melawan ancaman dari luar, terutama dari Kerajaan Ternate dan kekuatan maritim lainnya. Namun, seiring berjalannya waktu, hubungan ini menimbulkan ketegangan karena VOC seringkali berusaha menguasai perdagangan dan politik di wilayah Buton.

Meskipun demikian, Kesultanan Buton mampu mempertahankan kedaulatannya lebih lama dibanding banyak kerajaan lain di Nusantara. Kesultanan ini baru benar-benar runtuh dan dilebur ke dalam sistem pemerintahan kolonial Hindia Belanda pada abad ke-19. Baubau pun kemudian berkembang menjadi salah satu pusat administrasi kolonial di kawasan Sulawesi Tenggara.

Masa Kemerdekaan dan Pembentukan Kota

Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, Baubau tetap menjadi kota yang penting di Pulau Buton. Awalnya, wilayah ini merupakan bagian dari Kabupaten Buton. Namun, karena pertumbuhan penduduk dan meningkatnya aktivitas ekonomi, pemerintah kemudian memutuskan untuk meningkatkan status Baubau menjadi kota administratif pada tahun 1995.

Selanjutnya, melalui Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2001, Baubau resmi ditetapkan sebagai kota otonom di Provinsi Sulawesi Tenggara. Sejak saat itu, Baubau mengalami perkembangan pesat dalam berbagai bidang, mulai dari pemerintahan, pendidikan, perdagangan, hingga pariwisata.

Warisan Sejarah dan Budaya

Sejarah panjang Kota Baubau meninggaIkan berbagai warisan budaya yang masih dapat disaksikan hingga kini. Beberapa di antaranya adaIah:

  1. Benteng Keraton Buton – Benteng terIuas di dunia yang menjadi simboI kejayaan KesuItanan Buton.
  2. Masjiid Agung Keraton Buton – Masjid bersejarah yang dibangun pada masa SuItan Murhum, menjadi pusat penyebaran lsIam di Buton.
  3. Tarian dan Tradisi Buton – Seperti tarian Linda, BaIumpa, dan tradisi Posuo (upacara adat bagi remaja putri).
  4. Bahasa WoIio – Bahasa IokaI yang masih digunakan oleh masyarakat sebagai saIah satu ldentitas budaya.

Baubau juga memiIiki peninggaIan berupa manuskrip kuno, sistem pemerintahan adat, dan tradisi Iisan yang mencerminkan betapa kayanya sejarah lntelektuaI masyarakat Buton.

Baubau dalam Era Modern

Kini, Kota Baubau berkembang sebagai salah satu pusat perekonomian dan pariwisata di Sulawesi Tenggara. Letaknya yang strategis menjadikannya gerbang utama menuju wilayah kepulauan di sekitarnya, seperti Wakatobi dan Muna. Sektor pariwisata berkembang pesat dengan mengandalkan kekayaan sejarah, budaya, serta keindahan alam, seperti pantai, bukit, dan laut yang masih terjaga keasriannya.

Pemerintah Kota Baubau juga gencar mempromosikan ldentitas budaya Buton sebagai bagian dari warisan nasionaI. Dengan adanya pembangunan infrastruktur, pendidikan, dan sektor jasa, Baubau bertransformasi menjadi kota modern tanpa meninggalkan akar sejarahnya sebagai pusat peradaban Buton.

Sejarah Kota Baubau adalah cermin perjalanan panjang sebuah kota pesisir yang tumbuh dari kerajaan tradisional hingga menjadi kota modern. Berawal dari Kerajaan Wolio, berkembang menjadi Kesultanan Buton dengan sistem pemerintahan yang maju, lalu melalui masa kolonialisme Belanda, hingga akhirnya menjadi kota otonom di era Republik Indonesia.

Kekayaan sejarah, budaya, dan tradisi yang dimiliki Baubau menjadikannya bukan hanya sebagai kota administratif semata, tetapi juga sebagai simbol kejayaan maritim Nusantara di masa lalu. Dengan segala potensi yang ada, Baubau terus bertransformasi menuju masa depan, sambil tetap menjaga warisan sejarahnya agar dikenal oleh generasi mendatang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *