Hiroshima adalah salah satu kota paling dikenal di dunia, bukan hanya karena tragedi besar yang menimpanya pada abad ke-20, tetapi juga karena sejarah panjang yang membentuk identitasnya sebagai kota budaya, perdagangan, dan perdamaian. Nama Hiroshima secara harfiah berarti “pulau luas,” yang mencerminkan kondisi geografisnya, di mana kota ini berkembang di delta sungai Ota dengan banyak pulau kecil yang kemudian dihubungkan menjadi satu kesatuan wilayah.

Awal Berdiri dan Masa Feodal
Hiroshima berdiri pada akhir abad ke-16, tepatnya tahun 1589, ketika Mōri Terumoto, seorang daimyo berpengaruh pada masa Sengoku, memutuskan membangun sebuah kastil besar di kawasan delta Sungai Ota. Meski Mōri Terumoto sempat kehilangan wilayahnya karena kekalahan dalam Pertempuran Sekigahara (1600), kastil beserta kota Hiroshima kemudian jatuh ke tangan klan Asano.
Selama zaman Edo (1603–1868), Hiroshima berfungsi sebagai pusat administrasi feodal. Kota ini terus tumbuh seiring meningkatnya perdagangan beras, garam, dan barang kebutuhan sehari-hari. Posisi geografis Hiroshima yang strategis di tepi Laut Pedalaman Seto menjadikannya pusat lalu lintas laut, sehingga hubungan dagang dengan daerah lain di Jepang berkembang dengan pesat.
Restorasi Meiji dan Modernisasi
Memasuki era Restorasi Meiji pada 1868, sistem feodal dihapuskan dan Jepang mulai membuka diri terhadap modernisasi. Pada tahun 1871, Hiroshima resmi menjadi ibu kota Prefektur Hiroshima. Kota ini mendapat perhatian besar dari pemerintah pusat karena lokasinya yang strategis dan potensinya untuk dikembangkan sebagai pusat industri serta militer.
Pada masa ini, Hiroshima tumbuh cepat. Industri tekstil, pembuatan kapal, serta pabrik-pabrik modern mulai bermunculan. Selain itu, Hiroshima juga menjadi salah satu basis penting bagi Angkatan Darat Kekaisaran Jepang. Perkembangan ini membuat jumlah penduduk meningkat, infrastruktur transportasi diperluas, dan kota berkembang menjadi salah satu pusat perkotaan utama di Jepang bagian barat.
Hiroshima sebagai Kota Militer
Pada Perang Sino-Jepang Pertama (1894–1895), markas besar Angkatan Darat Kekaisaran Jepang dipindahkan sementara ke Hiroshima, menjadikan kota ini pusat komando militer. Kaisar Meiji bahkan pernah tinggal sementara di Hiroshima pada periode itu. Fasilitas pelabuhan, gudang militer, serta jalur kereta api dibangun untuk mendukung logistik perang. Dari sini, Hiroshima mendapat julukan sebagai “kota militer,” sebuah peran yang kelak berpengaruh besar dalam sejarahnya.
Pada era Taisho dan awal Showa, Hiroshima terus berkembang sebagai kota industri. Galangan kapal, pabrik senjata, serta sektor manufaktur tumbuh pesat. Penduduk Hiroshima menjadi semakin banyak, dan pada dekade 1930-an, kota ini termasuk dalam jajaran kota besar di Jepang. Namun, status Hiroshima sebagai pusat industri dan militer menjadikannya target penting ketika Perang Dunia II pecah.
Bom Atom dan Kehancuran
Pada pagi hari yang cerah, pukul 08.15 waktu setempat, pesawat pembom Amerika Serikat, Enola Gay, menjatuhkan bom atom pertama di dunia yang digunakan dalam peperangan, dijuluki “Little Boy”, tepat di atas kota Hiroshima. Ledakan itu terjadi sekitar 600 meter di atas pusat kota, menghasilkan daya hancur yang luar biasa.
Dalam sekejap, sebagian besar kota rata dengan tanah. Diperkirakan sekitar tujuh puluh ribu orang meninggal seketika saat ledakan terjadi. Pada minggu-minggu hingga bulan-bulan setelahnya, korban terus bertambah karena luka bakar berat, efek radiasi, dan terbatasnya fasilitas medis. Menjelang akhir tahun 1945, jumlah jiwa yang melayang diperkirakan mencapai kurang lebih seratus empat puluh ribu orang
Masa Pasca-Perang dan Pemulihan
Setelah Jepang menyerah pada 15 Agustus 1945, Hiroshima menghadapi tantangan luar biasa: bagaimana membangun kembali kota yang hancur total. Pada awalnya, banyak orang meragukan apakah Hiroshima bisa kembali layak dihuni, mengingat dampak radiasi nuklir yang ditinggalkan. Namun, semangat penduduk untuk bangkit membuat kota ini perlahan pulih.
Pada tahun 1949, pemerintah Jepang menetapkan Undang-Undang Pembangunan Hiroshima, yang memberi dukungan khusus untuk rekonstruksi kota. Hiroshima kemudian dideklarasikan sebagai Kota Perdamaian (Peace Memorial City), dengan visi menjadikannya pusat gerakan perdamaian dunia. Monumen, taman, serta museum didirikan untuk mengenang para korban bom atom sekaligus menyerukan pesan anti-nuklir. Yang paling terkenal adalah Taman Peringatan Perdamaian Hiroshima (Hiroshima Peace Memorial Park), yang setiap tahun menjadi lokasi upacara peringatan tragedi 6 Agustus.
Perkembangan Ekonomi dan Sosial Modern
Seiring berjalannya waktu, Hiroshima berhasil bangkit dan berkembang menjadi kota modern. Pada dekade 1950-an hingga 1970-an, kota ini mengalami industrialisasi pesat. Salah satu pendorong utamanya adalah kehadiran perusahaan otomotif Mazda, yang bermarkas di Hiroshima dan menjadi simbol kebangkitan ekonomi daerah tersebut.
Hiroshima juga berkembang di bidang pendidikan dan budaya. Universitas Hiroshima menjadi salah satu pusat akademik terkemuka di Jepang. Selain itu, kota ini aktif menjalin hubungan internasional, terutama melalui peran sebagai simbol perdamaian.
Hiroshima sebagai Simbol Perdamaian Dunia
Hiroshima tidak hanya dikenal sebagai kota yang pernah HONDA138 hancur oleh bom atom, tetapi juga sebagai simbol kebangkitan, harapan, dan perdamaian. Tanggal 6 Agustus setiap tahunnya, Hiroshima menyelenggarakan upacara peringatan perdamaian yang diikuti ribuan peserta, baik warga setempat maupun tamu dari berbagai belahan dunia. Pada acara tersebut, lonceng perdamaian dibunyikan, doa dikumandangkan, dan pesan perdamaian disampaikan kepada dunia.
Genbaku Dome, meski sebagian besar bangunannya rusak parah, tetap berdiri sebagai saksi bisu dan pengingat akan kehancuran dahsyat yang ditimbulkan oleh senjata nuklir. Bersama dengan Museum Perdamaian Hiroshima, kota ini terus menyampaikan pesan kuat bahwa tragedi seperti ledakan bom atom tidak boleh terulang di masa depan. Hiroshima kini memiliki reputasi global sebagai “kota perdamaian,” sekaligus contoh bagaimana manusia mampu bangkit dari kehancuran total menuju kehidupan yang lebih baik.
Kesimpulan
Sejarah Hiroshima adalah kisah panjang tentang kelahiran, kemakmuran, kehancuran, dan kebangkitan. Dari sebuah kota kastil pada zaman feodal, Hiroshima tumbuh menjadi pusat industri dan militer, lalu hancur total akibat bom atom pertama yang digunakan dalam perang. Meski porak-poranda akibat perang, Hiroshima mampu berdiri kembali dan berkembang menjadi kota modern yang hidup, sekaligus menjelma sebagai lambang perdamaian bagi dunia.
Kini, Hiroshima bukan hanya pusat ekonomi dan budaya di Jepang barat, tetapi juga salah satu kota yang paling dikenal di dunia karena pesan moral yang dibawanya: pentingnya menjaga perdamaian, menolak perang, dan menghargai kehidupan manusia. Kisah Hiroshima mengingatkan umat manusia akan bahaya perang nuklir sekaligus menunjukkan kekuatan semangat manusia untuk bertahan dan membangun kembali masa depan.