Pulau Sulawesi, yang dahulu dikenal sebagai Celebes, merupakan salah satu pulau besar di Indonesia yang memiliki kekayaan sejarah dan budaya yang sangat kompleks. Dengan bentuknya yang unik seperti huruf “K”, Sulawesi menjadi rumah bagi beragam suku, bahasa, dan tradisi yang sudah tumbuh sejak zaman prasejarah. Setiap kota di Sulawesi memiliki jejak sejarah yang unik, terbentuk dari perpaduan antara pengaruh lokal, kolonial, dan internasional. Dalam artikel ini, kita akan menelusuri sejarah kota-kota besar di Sulawesi, termasuk Makassar, Manado, Palu, Kendari, dan Gorontalo.

1. Makassar: Pelabuhan Penting di Selatan
Sejak abad ke-14, Makassar telah menjadi pusat perdagangan dan pelabuhan penting yang menghubungkan wilayah Indonesia timur dengan dunia luar. Kerajaan Gowa dan Tallo adalah dua kerajaan besar yang tumbuh di kawasan ini dan menjadi pusat kekuasaan di wilayah selatan Sulawesi.
Pada abad ke-16 hingga ke-17, Makassar menjadi kota kosmopolitan yang ramai dengan para pedagang dari Tiongkok, India, Arab, Melayu, bahkan Eropa. Perdagangan rempah-rempah menjadi penggerak utama ekonomi. Namun, pada tahun 1667, VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) Belanda berhasil menguasai Makassar setelah menandatangani Perjanjian Bungaya dengan Sultan Hasanuddin. Perjanjian ini menandai era kolonial Belanda di Makassar, yang berlanjut hingga masa kemerdekaan Indonesia.
Makassar kini berkembang menjadi kota metropolitan terbesar di kawasan timur Indonesia, namun jejak sejarahnya tetap hidup dalam bentuk benteng, pelabuhan tua, dan tradisi maritim masyarakat Bugis dan Makassar.
2. Manado: Titik Temu Budaya Minahasa dan Barat
Sejarah Manado erat kaitannya dengan suku Minahasa, salah satu kelompok etnis utama di Sulawesi. Pada abad ke-16, wilayah ini mulai dikenal oleh bangsa Portugis yang datang untuk berdagang. Tidak lama setelah itu, Belanda mengambil alih pengaruh di wilayah ini melalui VOC.
Penyebaran agama Kristen Protestan oleh misionaris Belanda memberikan pengaruh yang besar dalam pembentukan identitas masyarakat Minahasa hingga saat ini. Manado juga pernah menjadi pusat pendidikan dan administrasi bagi pemerintahan kolonial Belanda di kawasan utara Sulawesi. Tidak seperti banyak daerah lain di Indonesia, Manado memiliki hubungan yang relatif erat dengan Barat sejak awal, yang terlihat dari pola arsitektur, sistem pendidikan, dan orientasi budaya masyarakatnya.
Kini, Manado adalah kota modern yang tetap mempertahankan warisan sejarah dan kekayaan budayanya.
3. Palu: Kota di Tengah Liku-Liku Sejarah
Palu adalah ibu kota Provinsi Sulawesi Tengah dan dikenal sebagai kota yang memiliki posisi geografis unik, berada di lembah yang dikelilingi pegunungan. Wilayah ini telah dihuni sejak zaman prasejarah oleh berbagai komunitas etnis seperti Kaili, Lore, dan lainnya.
Secara historis, Palu berkembang lambat dibandingkan dengan kota-kota pelabuhan seperti Makassar dan Manado. Namun, selama era kolonial, Palu menjadi pusat pemerintahan Belanda untuk wilayah Sulawesi Tengah. Di masa pendudukan Jepang, kota ini mengalami tekanan sosial dan ekonomi yang cukup besar.
Setelah kemerdekaan, Palu menjadi kota penting dalam pengembangan administrasi dan pendidikan di kawasan tengah Sulawesi. Bencana gempa dan tsunami pada tahun 2018 menorehkan luka mendalam dalam sejarah kota ini, namun juga menunjukkan ketangguhan masyarakat Palu dalam membangun kembali kehidupan mereka.
4. Kendari: Dari Kerajaan ke Ibu Kota Provinsi
Kendari adalah ibu kota Provinsi Sulawesi Tenggara dan menjadi pusat kegiatan politik, ekonomi, serta sosial di kawasan tersebut. Sebelum menjadi kota modern seperti sekarang, Kendari merupakan bagian dari wilayah Kesultanan Buton, yang berkuasa di sebagian besar wilayah pesisir tenggara Sulawesi sejak abad ke-14.
Salah satu bukti kemajuan hukum dan tata pemerintahan lokal pada masa itu. Dalam konteks ini, Kendari merupakan pelabuhan penting yang menghubungkan Buton dengan wilayah luar.
Ketika Belanda masuk ke wilayah ini, mereka membangun benteng dan struktur pemerintahan kolonial. Setelah kemerdekaan, Kendari dipilih sebagai pusat pemerintahan Sulawesi Tenggara dan berkembang menjadi kota dengan peran strategis dalam pembangunan wilayah Indonesia timur.
5. Gorontalo: Jejak Islam dan Perjuangan Kemerdekaan
Kota ini telah menjadi pusat penyebaran Islam sejak abad ke-15, menjadikannya salah HONDA138 satu daerah Islam tertua di Indonesia timur. Kesultanan Gorontalo berdiri sebagai pusat kekuasaan yang menggabungkan unsur adat dan ajaran Islam.
Pada masa kolonial, Gorontalo dikenal sebagai salah satu wilayah yang cukup vokal terhadap penjajahan Belanda. Tokoh-tokoh seperti Nani Wartabone menjadi simbol perjuangan rakyat Gorontalo dalam merebut kemerdekaan Indonesia. Pada tahun 1942, bahkan sebelum Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Gorontalo sempat memproklamirkan kemerdekaan lokal di bawah pimpinan Nani Wartabone.
Hari ini, Gorontalo terus berkembang dengan tetap menjaga nilai-nilai sejarah dan budaya Islam yang telah mengakar selama berabad-abad.
Kesimpulan: Sulawesi sebagai Mozaik Sejarah dan Budaya
Setiap kota tumbuh dari akar budaya lokal yang kuat, diperkuat oleh pengaruh luar seperti Islam, kolonialisme Eropa, dan dinamika modernisasi. Dari Makassar yang menjadi gerbang maritim Nusantara, hingga Gorontalo yang penuh semangat kemerdekaan, Sulawesi bukan sekadar pulau yang kaya secara geografis, tetapi juga secara historis.
Sejarah kota-kota ini membentuk identitas Sulawesi sebagai kawasan yang unik dalam lanskap kebangsaan Indonesia. Pengaruh kerajaan lokal, misi agama, kolonialisme, hingga perjuangan kemerdekaan, semuanya berkontribusi dalam membentuk karakter masyarakat Sulawesi yang dikenal tangguh, terbuka, dan berjiwa maritim.