Sejarah Kota Mataram
Mataram merupakan ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) yang berada di Pulau Lombok. Kota ini memiliki perjalanan sejarah yang panjang dan terkait erat dengan perkembangan politik, sosial, serta kebudayaan di Lombok. Mataram bukan hanya pusat pemerintahan, tetapi juga pusat perdagangan, pendidikan, dan budaya bagi masyarakat Sasak, suku asli Lombok.

Asal-usul Kota Mataram tidak dapat dipisahkan dari sejarah Lombok secara umum. Sebelum kedatangan kolonial Belanda, Pulau Lombok terdiri dari berbagai kerajaan kecil yang mengatur wilayah masing-masing. Salah satu yang paling terkenal adalah Kerajaan Selaparang, yang berpusat di daerah Ampenan dan Lombok Timur. Kerajaan ini berperan penting dalam mengatur kehidupan masyarakat, baik dalam bidang politik, ekonomi, maupun budaya.
Pada abad ke-16 dan ke-17, Lombok mulai mengalami pengaruh dari kerajaan-kerajaan di Bali dan Majapahit. Para bangsawan Bali dan pedagang Islam mulai berdatangan, memperkenalkan sistem pemerintahan baru, adat istiadat, serta agama Hindu dan Islam. Mataram sebagai wilayah di Lombok bagian barat perlahan menjadi pusat interaksi budaya ini.
Pengaruh kolonial Belanda mulai terasa di Lombok pada abad ke-19. Belanda tertarik dengan Lombok karena letaknya yang strategis di jalur perdagangan rempah-rempah, serta potensi ekonomi dari hasil pertanian dan perkebunan. Pada awalnya, Belanda berusaha menjalin kerja sama dengan para penguasa lokal, tetapi ketegangan sering terjadi akibat perbedaan kepentingan politik.
Salah satu peristiwa penting dalam sejarah Lombok adalah Perang Lombok pada tahun 1894. Perang ini terjadi antara pasukan Belanda dengan kerajaan Lombok, terutama penguasa Balinese yang menguasai sebagian besar wilayah Lombok Barat dan Mataram. Perang Lombok berujung pada kekalahan kerajaan-kerajaan lokal, sehingga Belanda berhasil mengambil alih seluruh wilayah Pulau Lombok. Setelah itu, Belanda membagi Lombok menjadi beberapa administrasi yang dikelola secara langsung, dengan pusat pemerintahan di Mataram.
Kota Mataram kemudian mulai berkembang sebagai pusat administratif. Pemerintahan kolonial kemudian membangun fasilitas dasar, termasuk jalan, gedung-gedung pemerintahan, serta sarana perdagangan. Kota ini menjadi titik penghubung antara berbagai desa dan wilayah di Lombok, sehingga peranannya dalam kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat semakin besar.
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, Mataram resmi menjadi bagian dari wilayah Republik Indonesia. Pada awal kemerdekaan, kota ini masih relatif kecil, tetapi perannya sebagai pusat pemerintahan dan ekonomi mulai meningkat. Pemerintah daerah berupaya membangun kembali infrastruktur, memperluas fasilitas pendidikan, dan meningkatkan pelayanan publik.
Seiring waktu, Mataram mengalami perkembangan menjadi kota yang lebih maju dan modern. Jalan-jalan diperlebar, fasilitas transportasi diperbaiki, dan pusat-pusat perdagangan tumbuh pesat. Aktivitas ekonomi di kota ini tidak hanya didominasi oleh sektor pemerintahan, tetapi juga perdagangan, jasa, dan pariwisata. Lokasi Mataram yang dekat dengan destinasi wisata populer di Lombok, seperti Pantai Senggigi dan Gili Trawangan, membuat kota ini menjadi pintu gerbang bagi wisatawan domestik maupun mancanegara.
Budaya masyarakat Mataram juga terus dijaga dan dikembangkan. Kota HONDA138 ini menjadi pusat pelestarian adat Sasak, termasuk tradisi lisan, upacara adat, dan kesenian tradisional seperti musik gendang beleq dan tari saman Sasak. Selain itu, masyarakat Mataram terkenal dengan toleransi antarumat beragama, karena kota ini memiliki populasi yang memadukan Islam, Hindu, dan Kristen. Harmoni ini tercermin dalam kehidupan sehari-hari, perayaan keagamaan, serta gotong royong di masyarakat.
Dalam bidang pendidikan, Mataram terus mengalami perkembangan signifikan. Kota ini memiliki berbagai jenjang pendidikan dari SD hingga perguruan tinggi, termasuk Universitas Mataram yang menjadi pusat penelitian dan pendidikan tinggi di NTB. Pendidikan menjadi salah satu fokus utama pemerintah kota untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, memperkuat ekonomi lokal, dan membangun masyarakat yang berpengetahuan luas.
Secara ekonomi, Mataram mengalami transformasi dari pusat perdagangan tradisional menjadi kota yang lebih modern dengan berbagai sektor ekonomi. Pemerintah kota mendorong pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), pariwisata, serta ekonomi kreatif. Pusat-pusat perbelanjaan, pasar tradisional, dan pusat kuliner berkembang pesat, menjadikan Mataram kota yang dinamis dan atraktif bagi penduduk lokal maupun wisatawan.
Dalam beberapa dekade terakhir, pembangunan infrastruktur menjadi perhatian utama pemerintah kota. Jalan raya, jembatan, fasilitas air bersih, dan listrik diperluas untuk mendukung pertumbuhan kota. Selain itu, pemerintah juga mengembangkan kawasan hijau, taman kota, dan fasilitas olahraga untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Kota Mataram juga memiliki peran penting dalam politik dan pemerintahan di tingkat provinsi. Sebagai ibu kota NTB, kota ini menjadi pusat administrasi, legislatif, dan eksekutif, serta menjadi tempat berlangsungnya berbagai kegiatan politik dan sosial. Peran Mataram sebagai pusat pemerintahan memperkuat identitasnya sebagai kota strategis di Pulau Lombok.
Mataram terus menghadapi tantangan modernisasi dan urbanisasi. Dengan meningkatnya jumlah penduduk secara cepat, dibutuhkan perencanaan kota yang cermat agar pelayanan publik dapat berjalan dengan optimal. Pemerintah kota menekankan pentingnya pembangunan berkelanjutan, menjaga keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan pelestarian lingkungan. Hal ini tercermin dalam berbagai proyek pembangunan kota yang ramah lingkungan dan pengelolaan sampah yang lebih baik.
Sejarah Kota Mataram adalah cerminan dari perjalanan panjang masyarakat Lombok dalam menghadapi perubahan politik, sosial, dan ekonomi. Dari kerajaan-kerajaan lokal, pengaruh Bali, kolonialisme Belanda, hingga era modern Indonesia, Mataram berkembang menjadi kota yang tidak hanya menjadi pusat administrasi, tetapi juga simbol kebudayaan, pendidikan, dan toleransi. Kota ini menunjukkan bagaimana sebuah kota dapat mempertahankan identitas budaya sambil beradaptasi dengan dinamika zaman.
Kini, Mataram terus tumbuh sebagai kota yang modern, berpendidikan, dan toleran. Kombinasi antara sejarah yang kaya, keragaman budaya, dan semangat pembangunan menjadikan Mataram sebagai kota yang khas dan kompetitif baik di tingkat regional maupun nasional. Kehadiran kota ini tidak hanya penting bagi masyarakat NTB, tetapi juga bagi Indonesia sebagai bagian dari upaya menjaga warisan budaya, memperkuat ekonomi lokal, dan membangun masyarakat yang harmonis dan maju.