Sejarah Kota Salatiga: Jejak Kolonial, Tradisi, dan Modernitas di Kaki Gunung Merbabu

Kota Salatiga adalah salah satu kota kecil yang terletak di Provinsi Jawa Tengah.Terletak di lereng timur Gunung Merbabu dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Semarang, Salatiga dikenal sebagai kota yang sejuk, multikultural, dan memiliki peninggalan sejarah yang cukup kaya.

Asal Usul Nama Salatiga

Menurut cerita rakyat, nama “Salatiga” berasal dari dua kata dalam bahasa Jawa: “salah” yang berarti “salah” dan “tiga” yang berarti “tiga orang”. Legenda lokal menyebutkan bahwa nama ini berkaitan dengan kisah raja Mataram yang menghukum mati tiga orang pejabat kerajaan karena dianggap bersalah melakukan pelanggaran. Lokasi eksekusi tersebut kemudian dikenal sebagai “Salah Tiga”, yang lambat laun berubah pengucapannya menjadi Salatiga.

Meskipun kisah ini lebih bersifat mitologis, ia menjadi bagian dari identitas lokal masyarakat Salatiga dan menambah warna dalam sejarah kota tersebut.


Perkembangan pada Masa Kerajaan Mataram

Secara historis, wilayah Salatiga sudah dihuni sejak masa kerajaan Hindu-Buddha. Namun, catatan yang lebih kuat muncul pada masa Kerajaan Mataram Islam, terutama di bawah pemerintahan Sultan Agung. Salatiga saat itu menjadi bagian penting dalam wilayah kekuasaan Mataram, berfungsi sebagai jalur penghubung antara wilayah pesisir utara (seperti Semarang dan Demak) dengan daerah pedalaman di sekitar Surakarta dan Yogyakarta.

Letaknya yang strategis menjadikan Salatiga sebagai tempat peristirahatan atau transit bagi para pejabat, saudagar, dan bangsawan yang melakukan perjalanan. Dari masa inilah Salatiga mulai tumbuh sebagai pemukiman yang ramai, terutama karena iklimnya yang sejuk dan tanahnya yang subur.


Era Kolonial Belanda dan Perubahan Besar

Perubahan signifikan dalam wajah Kota Salatiga terjadi pada masa penjajahan Belanda. Pada abad ke-18, Salatiga dijadikan sebagai salah satu pusat administratif penting di wilayah tengah Jawa. Pemerintah kolonial Belanda membangun kantor-kantor pemerintahan, sekolah, rumah dinas, gereja, dan fasilitas umum lainnya. Banyak bangunan peninggalan kolonial dari masa ini yang masih bisa dilihat hingga kini, seperti bekas rumah dinas Residen, kantor pos, dan gereja tua.

Salatiga juga menjadi salah satu daerah yang dikenal sebagai tempat tinggal favorit bagi orang-orang Eropa karena iklimnya yang sejuk dan pemandangannya yang indah. Hal ini menjadikan kota ini cukup kosmopolitan pada masa itu. Jumlah penduduk Eropa di Salatiga termasuk tinggi untuk ukuran kota kecil di Hindia Belanda.

Selain sebagai pusat pemerintahan, Salatiga juga berkembang sebagai kota pendidikan dan pertanian. Perkebunan-perkebunan kopi dan teh tumbuh subur di daerah sekitar, dan pemerintah kolonial mendirikan sekolah-sekolah pertanian dan teknik untuk mendukung pembangunan ekonomi kolonial.


Pergerakan Nasional dan Masa Pendudukan Jepang

Pada awal abad ke-20, semangat pergerakan nasional mulai menjalar ke seluruh pelosok Jawa, termasuk Salatiga.Masyarakat mulai sadar akan pentingnya pendidikan dan perlawanan terhadap ketidakadilan kolonial.

Namun, perkembangan ini terhenti sementara saat Jepang HONDA138 menduduki Indonesia pada tahun 1942.Sekolah-sekolah Belanda ditutup, dan aktivitas pendidikan diarahkan untuk mendukung kepentingan Jepang. Meski masa pendudukan hanya berlangsung beberapa tahun, dampaknya cukup besar terhadap struktur sosial dan ekonomi kota.


Salatiga pada Masa Kemerdekaan

Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, Salatiga menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Namun, seperti kota-kota lainnya di Jawa Tengah, Salatiga juga mengalami masa-masa sulit dalam mempertahankan kemerdekaan, termasuk konflik antara tentara Indonesia dan tentara Belanda yang ingin kembali menguasai wilayah ini melalui Agresi Militer Belanda.

Selama masa revolusi fisik, banyak pemuda Salatiga yang bergabung dalam laskar perjuangan dan bergabung dalam Tentara Keamanan Rakyat. Kota ini juga menjadi tempat pengungsian bagi warga dari wilayah lain yang terkena dampak perang.

Setelah pengakuan kedaulatan pada tahun 1949, Salatiga mulai kembali membangun diri. Pada tahun 1950-an dan 1960-an, kota ini terus berkembang sebagai pusat pendidikan, dengan dibukanya sekolah-sekolah menengah dan akademi, yang kemudian berkembang menjadi universitas.


Perkembangan Pendidikan dan Budaya

Salah satu faktor penting dalam sejarah Salatiga adalah peranannya sebagai kota pendidikan. UKSW memiliki peran besar dalam perkembangan intelektual dan sosial di kota ini.

Kehadiran mahasiswa dari berbagai daerah dan latar belakang menjadikan Salatiga sebagai kota yang multikultural dan toleran. Interaksi antara penduduk lokal dan mahasiswa dari luar daerah menciptakan dinamika budaya yang khas. 

Kegiatan seni dan budaya tumbuh subur, didukung oleh kalangan akademisi dan komunitas lokal. Festival-festival seni, pertunjukan musik, dan diskusi intelektual menjadi bagian dari kehidupan kota.


Salatiga dalam Pembangunan Modern

Memasuki era Orde Baru dan Reformasi, Salatiga terus berbenah sebagai kota yang nyaman dihuni. Meski tidak memiliki industri besar, Salatiga berkembang sebagai kota jasa, perdagangan, dan pendidikan. Pemerintah kota berfokus pada pengembangan infrastruktur dasar, pelestarian lingkungan, serta peningkatan kualitas hidup masyarakat.

Sebagai kota kecil, Salatiga berhasil menjaga keseimbangan antara pembangunan dan kelestarian. Banyak taman kota, jalur hijau, dan ruang publik yang tertata baik. Kota ini juga dikenal bersih dan teratur, serta memiliki lalu lintas yang relatif lancar dibandingkan kota-kota lain di Jawa.

Salatiga juga dekat dengan kawasan wisata Kopeng dan lereng Gunung Merbabu, yang banyak dikunjungi wisatawan lokal.


Kesimpulan: Kota Kecil dengan Jejak Sejarah Besar

Meskipun ukurannya kecil, Salatiga menyimpan sejarah yang kaya dan berlapis. Kota ini mencerminkan perjalanan Indonesia dari masa kerajaan, kolonialisme, pergerakan nasional, hingga kemerdekaan dan pembangunan modern. Letaknya yang strategis, iklimnya yang sejuk, serta masyarakatnya yang heterogen menjadikan Salatiga sebagai tempat yang unik dalam peta sejarah dan budaya Jawa Tengah.

Identitas Salatiga dibentuk oleh sejarah panjang interaksi antara budaya lokal, kolonialisme, modernisasi, dan keragaman masyarakatnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *