Sejarah Kota Sandakan: Jejak Masa Lalu di Pantai Timur Sabah

Terletak di pesisir timur Sabah, di muara Sungai Kinabatangan, Sandakan bukan hanya dikenal karena keindahan alamnya, tetapi juga karena peran strategisnya dalam sejarah perdagangan, kolonialisme, dan migrasi etnis. Sejarah Sandakan mencerminkan perjalanan sebuah kota pesisir dari permukiman kecil hingga menjadi pusat administratif dan ekonomi yang signifikan di wilayah timur Malaysia.

Asal Usul Nama Sandakan

Nama “Sandakan” diyakini berasal dari kata dalam bahasa lokal yang merujuk pada “tempat yang aman” atau “pelabuhan yang terlindung”. Sebagai kota pesisir yang menghadapi Laut Sulawesi, lokasi ini memiliki teluk alami yang memungkinkan kapal-kapal berlabuh dengan aman, sehingga menjadi tempat yang strategis bagi kegiatan perdagangan sejak abad ke-19. Beberapa catatan sejarah menyebutkan bahwa sebelum kedatangan kolonial Inggris, wilayah ini dihuni oleh suku Bajau dan Suluk yang bermata pencaharian sebagai nelayan dan pedagang lokal.

Masa Awal dan Pengaruh Kerajaan Brunei

Sebelum menjadi kota kolonial, Sandakan berada di bawah pengaruh Kesultanan Brunei. Kesultanan Brunei menguasai sebagian besar wilayah Sabah dan sekitarnya, termasuk pesisir timur, sebagai bagian dari jaringan perdagangan maritim mereka. Posisi geografis yang strategis membuat Sandakan berperan sebagai pusat perdagangan vital, terutama untuk hasil alam dan laut. Pedagang dari Tawi-Tawi, Sulu, dan pulau-pulau di sekitarnya sering berlabuh di Sandakan untuk bertukar barang dan membayar upeti kepada Kesultanan Brunei.

Kedatangan Perusahaan Borneo Utara (British North Borneo Company)

Perusahaan ini diberikan hak konsesi oleh Kesultanan Brunei dan kemudian oleh Kesultanan Sulu untuk mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam di wilayah tersebut. 

Lokasi ini dipilih karena kemudahan akses ke Sungai Kinabatangan, yang memungkinkan transportasi logistik ke pedalaman, serta posisi pantai yang relatif aman untuk kapal-kapal perdagangan. Pada masa ini, Sandakan berkembang pesat menjadi kota perdagangan dan pelabuhan utama, terutama untuk komoditas seperti kayu, rotan, dan hasil bumi lain.

Migrasi dan Perkembangan Demografis

Perkembangan Sandakan tidak terlepas dari peran imigran. Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, banyak pekerja dari Tiongkok dan Filipina datang ke Sandakan untuk bekerja di perkebunan, pelabuhan, dan tambang. Komunitas Tionghoa, terutama dari Fujian, memainkan peran penting dalam sektor perdagangan dan usaha kecil, sementara komunitas Filipina, termasuk suku Tausug dan Bajau, berkontribusi pada sektor perikanan dan transportasi laut. Migrasi ini menciptakan masyarakat multietnis yang beragam, menjadikan Sandakan sebagai kota kosmopolitan di timur Sabah.

Masa Kejayaan Sandakan

Sandakan dikenal sebagai kota utama di Sabah pada awal abad ke-20, bahkan melebihi ukuran dan perkembangan Kota Kinabalu kala itu. Kota ini menjadi pusat administrasi British North Borneo Company dan memiliki fasilitas publik seperti sekolah, rumah sakit, kantor pemerintahan, dan pelabuhan yang modern untuk ukuran wilayah Borneo pada masa itu. Industri utama kota ini adalah perdagangan kayu balak, terutama kayu cendana dan kayu keras tropis lainnya. 

Selain itu, Sandakan juga dikenal sebagai kota pendidikan dan budaya. Kota ini mulai menunjukkan keragaman budaya melalui hadirnya berbagai rumah ibadah, termasuk gereja Katolik, gereja Protestan, masjid, dan kuil Tionghoa.

Masa Perang Dunia II

Sejarah Sandakan mengalami babak kelam selama Perang Dunia II. Pada awal 1942, pasukan Jepang menyerbu dan menduduki Sandakan, mengakhiri era pemerintahan kolonial Inggris sementara waktu. 

Ribuan tahanan HONDA138 perang Sekutu, terutama prajurit Australia dan Inggris, dipaksa berjalan ratusan kilometer ke pedalaman Sabah dalam kondisi ekstrem. Ribuan nyawa hilang dalam perjalanan ini, meninggalkan luka mendalam dalam sejarah kota. Hingga saat ini, lokasi bekas kematian dan kuburan massal menjadi situs peringatan perang.

Rekonstruksi dan Perkembangan Pasca Perang

Setelah Perang Dunia II berakhir pada tahun 1945, Sandakan mengalami fase rekonstruksi besar-besaran. Pemerintah Inggris kembali ke Sabah untuk memulihkan administrasi dan infrastruktur yang hancur. Berbagai infrastruktur dan fasilitas publik dibangun ulang, mulai dari pelabuhan, sekolah, hingga rumah sakit.

Namun, meskipun Sandakan tetap menjadi pusat penting di timur Sabah, kota ini tidak lagi menjadi kota terbesar di wilayah tersebut. 

Sandakan pada Era Modern

Pada era modern, Sandakan telah berkembang menjadi kota dengan berbagai fasilitas industri dan pariwisata. Kota ini berperan sebagai pintu masuk ke area konservasi alam Sabah, seperti Taman Nasional Kinabatangan dan Pulau Selingan yang menjadi tempat penyu bertelur. Sejarah kolonial, budaya multietnis, dan peristiwa perang dunia menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang ingin memahami perjalanan kota ini.

Selain pariwisata, sektor industri seperti pengolahan kayu, perkebunan sawit, dan perikanan menjadi tulang punggung ekonomi Sandakan. Infrastruktur kota terus berkembang dengan dibangunnya jalan raya, pelabuhan, dan fasilitas pendidikan. Pemerintah lokal juga menekankan pelestarian warisan budaya dan sejarah melalui museum, monumen, dan pusat informasi sejarah.

Warisan Budaya dan Sejarah

Kota Sandakan menyimpan banyak warisan budaya yang mencerminkan perjalanan sejarahnya. Beberapa situs bersejarah yang masih ada antara lain gereja St. Michael dan All Angels, bekas kantor British North Borneo Company, serta Makam Tionghoa yang menjadi simbol komunitas imigran Tionghoa awal. 

Kesimpulan

Sejarah Kota Sandakan adalah cerminan perjalanan sebuah kota pesisir dari permukiman lokal sederhana menjadi pusat perdagangan dan administrasi kolonial, hingga menghadapi tragedi perang dunia dan bangkit kembali pada era modern. Kota ini menunjukkan bagaimana pengaruh kolonial, migrasi manusia, dan faktor geografis membentuk identitas sebuah kota. Sandakan menonjol bukan hanya dari sisi ekonomi dan lokasi strategis, tetapi juga dari sisi sejarah dan budaya.

Melalui berbagai situs bersejarah, monumen perang, dan warisan budaya, Sandakan tetap menjadi saksi hidup perjalanan panjang Sabah dari masa lalu hingga kini. Kota ini mengajarkan pentingnya pelestarian sejarah, penghormatan terhadap korban tragedi, dan perayaan keragaman budaya sebagai fondasi masyarakat yang maju dan harmonis.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *